Hal tersebut yang pada akhirnya memicu kenaikan tajam harga minyak nabati, yang lantas berdampak pula pada melonjaknya harga CPO.
Ketika pandemi covid-19 mulai muncul di awal tahun 2020 hal tersebut mendorong dilakukannya kebijakan pembatasan (lockdown) di sejumlah negara konsumen minyak sawit di dunia, namun tekanan itu hanya berlaku sesaat, lantaran pada kuartal II tahun 2020, negara-negara pengimpor utama minyak sawit mulai melakukan re-stock.
Selain itu, berkurangnya ketersediaan minyak goreng bekas dan lemak hewani akibat pandemi telah menyebabkan beberapa produsen biodiesel mengalihkan bahan bakunya ke minyak nabati, hal tersebut memicu meningkatnya permintaan minyak sawit global.
Kasus pandemi covid-19, “Tidak berdampak parah terhadap permintaan minyak nabati, termasuk minyak sawit,” catat CPOPC.
Pada masa sekarang minyak nabati merupakan kebutuhan sehari-hari, baik itu bahan pokok dapur, bahan pembersih atau bahan bakar terbarukan, dalam kehidupan banyak orang di seluruh dunia.