Selain Gaya Hidup, Narkoba Jadi Faktor Anak Jual Diri Kepada Lelaki Hidung Belang

17 Desember 2020, 07:15 WIB
Kepala KPPAD Kalbar, Eka Nurhayati Ishak /Dika Febriawan/Warta Pontianak

WARTA PONTIANAK – Banyak faktor yang dialami anak-anak sehingga terjun ke dunia prostitusi online, baik untuk memenuhi gaya hidup yang glamor juga untuk mengkonsumsi narkoba.

“Banyak hal yang memprihatinkan dari pengungkapan kasus prostisusi online tersebut. Pertama, lebih dari 90% anak yang terlibat prostitusi itu juga merupakan pengguna narkoba,” ujar Ketua Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Kalbar, Eka Nurhayati Ishak.

Tidak hanya itu, ada di antara anak anak yang pernah diamankan, masih dalam pengaruh pil ekstasi, sehingga gadis belia itu terus menerus berjoget tak menentu selama berjam – jam, hingga pengaruh obat terlarang itu hilang, karena masih dalam kondisi tidak sadar.

Baca Juga: Hasil Investigasi, KPPAD Kalbar Sebut 60 Anak Akan Jajakan Diri di Malam Pergantian Tahun

Selain itu juga, anak-anak yang didapati di kamar hotel dalam keadaan bugil tak sadarkan diri, karena masih dalam pengaruh narkoba.

“Tak sedikit yang saat kita amankan dalam pengaruh narkoba, sehingga kami harus sabar untuk menunggu hingga 1 atau 2 hari, sampai pengaruh obat itu hilang. Baru kami mintai keterangan untuk proses pendataan dan penyelidikan lebih lanjut,” tambahnya.

Tidak hanya itu, ketika anak anak tersebut sudah masuk ke dalam lingkaran prostitusi, mereka akan dipaksa untuk dapat melayani tamu sebanyak - banyaknya, tak perduli kondisi tubuh mereka sedang lelah ataupun sudah tidak mampu lagi untuk melayani tamu.

Baca Juga: Prostitusi Anak Terungkap, KPPAD: Pengawasan Orang Tua Sangat Penting

“Bahkan ada kisah sadis diantara anak-anak, ada yang sudah dikasi narkoba dan selesai melayani tamu, lalu ada tawaran kembali, padahal kondisi si anak ini sudah lemah, anak ini diberi lagi perangsang agar bisa melayani tamu, mereka di cekoki lagi oleh mucikari,” ujarnya.

Selain faktor gaya hidup dan narkoba, faktor ekonomi juga banyak dialami oleh anak-anak karena keterbatasan keuangan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari terutama untuk kebutuhan kuota internet.

“Ada anak yang menceritakan kisahnya bahwa ia harus terjun karena bapaknya hanya tukang bangunan sementara ibunya jual gorengan yang setiap harinya hanya mendapatkan 20 hingga 30 ribu setiap hari sementara ia harus memenuhi kebutuhan kuota untuk daring makanya ia menjual diri,” tuturnya.

Baca Juga: Peran Orang Tuanya yang Anaknya Bawa Sajam Dipertanyakan, Ketua KPPAD: Kita Jangan Apatis

Dengan banyaknya anak yang terlibat kasus prostitusi, ini harus menjadi perhatian seluruh pihak dengan bekerjasama dalam menanggulangi prostitusi yang melibatkan anak-anak di bawah umur agar terjaganya generasi muda Pontianak. ***

Editor: Yuniardi

Tags

Terkini

Terpopuler