Militer Myanmar Bebaskan Biksu Anti Muslim yang Terkenal Sangat Kejam

- 7 September 2021, 11:16 WIB
Militer Myanmar Bebaskan Biksu Anti Muslim yang Terkenal Sangat Kejam
Militer Myanmar Bebaskan Biksu Anti Muslim yang Terkenal Sangat Kejam /Al Jazeera

WARTA PONTIANAK - Militer Myanmar membebaskan Wirathu, biksu anti-Muslim yang terkenal kejam. Pembebasan itu setelah membatalkan tuduhan penghasutan yang diajukan oleh pemerintah terguling Aung San Suu Kyi.

Pernah dijuluki oleh majalah Time sebagai "Wajah Teror Buddhis" karena perannya dalam membangkitkan kebencian agama di Myanmar, dia dibebaskan setelah semua tuduhan dibatalkan.

Wirathu, yang berasal dari pusat kota Mandalay, terlibat dalam kelompok 969 anti-Muslim pada 2001 dan pertama kali dipenjara pada 2003.

Baca Juga: Demo Besar Hari Ketiga, Ratusan Pengunjuk Rasa Antikudeta Myanmar Diikuti Sekelompok Biksu

Dirilis pada 2010, ia menjadi terkenal dua tahun kemudian setelah kerusuhan pecah antara umat Buddha dan etnis minoritas Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine barat.

Dia mendirikan organisasi nasionalis yang dituduh menghasut kekerasan terhadap Muslim, dan juga berhasil melobi undang-undang yang mempersulit pernikahan beda agama.

Pada tahun 2017, otoritas Buddhis tertinggi Myanmar melarangnya berkhotbah selama satu tahun karena omelannya. Facebook menutup akunnya pada 2018.

Namun biksu berusia 53 tahun itu tetap menjadi anggota tetap dalam aksi unjuk rasa nasionalis, di mana ia menuduh pemerintah Aung San Suu Kyi melakukan korupsi, dan marah terhadap upayanya yang gagal untuk menulis ulang konstitusi yang dirancang oleh militer.

Dia dipenjara akhir tahun lalu setelah menyerahkan diri kepada pihak berwenang atas tuduhan Mei 2019 mencoba untuk membawa kebencian atau penghinaan terhadap pemerintah saat itu.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer merebut kekuasaan dari Aung San Suu Kyi dalam kudeta pada 1 Februari, yang memicu gerakan protes massa yang melumpuhkan perekonomian. Para jenderal telah menanggapi dengan kekuatan dan lebih dari 1.000 orang termasuk anak-anak tewas dalam tindakan keras tersebut, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, yang memantau penangkapan dan kematian.

Halaman:

Editor: Faisal Rizal

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x